Wednesday, December 30, 2015

Polemik Musholla Mall Sempit : It's about a risk!

Santai sore. Sejenak mengistirahatkan otak setelah gak henti2nya mikirin apalagi yang mesti ditulis di proposal skripsi. heheuu.

Bismillah.
lagi asik scroll timeline Facebook, tiba" baca postingan dengan nada protes.

aaarhh.. minta dilempar rengginang.. -______-



Semenjak Mall ini selesai dibangun, memang yang sering jadi isu perdebatan adalah masalah keberadaan "Musholla". Entah musholanya gak ada lah, kekecilan lah, gak layak lah. bau, dan sebagainya.
Satu hal yang akhirnya membuka memori saya. Bulan lalu, saya sekeluarga berkunjung ke mall tersebut untuk membeli beberapa keperluan. Sampai di sana, memang sudah tiba waktu sholat Ashar. Bapak, Ibu dan Adek saya segera menuju mushola. Saya hanya menunggu di underground sambil melihat" barang yang dijual.


Setelah selesai sholat, Bapak saya langsung mengajak kami ke lantai atas.

"Ayo ning, kita cari sajadah."

"Loh, untuk apa pak?"

"Bapak mau nyumbang sajadah, tadi kayanya di Mushola tadi sajadahnya kurang."

"Kayaknya gak ada pak yang jual di sini, kalau ada pun pastinya mahal. Belinya di luar aja, nanti kalau kesini lagi dibawa sekalian."

"Ooo gitu kah. Yasudah. Kecil juga tu musholanya tu sebenernya."

"Yaahh. namanya juga Mall bukan punya orang muslim pak."

Sembari melangkah menuju lantai atas, sejujurnya saya (lagi-lagi) kagum dengan kedermawanan bapak yang ga perlu mikir berkali-kali untuk menyumbangkan harta beliau di jalan Allah. Meskipun saya tau maksud Bapak adalah pengelolaan mushola mall yang kurang efektif.

Tapi toh, jika mau diteliti lagi, bukan kah mall pada dasarnya adalah tempat orang berjual beli, belanja kebutuhan rumah tangga, rekreasi, bahkan sampai yang bermaksiat pun ada (naudzubillahi min dzaalik).

Lantas, mengapa harus berharap lebih pembangunan musholanya harus begini begitu, sperti ini sperti itu, terlebih ketika kita tau bahwa yang membangun Mall tersebut bukanlah seorang muslim.

Lebih heran lagi.
Banyak sekali yang memprotes dengan membanding-bandingkan BM dengan PM.
Saya akui, PM adalah satu-satunya Mall di Samarinda yang memfasilitasi pengunjungnya dengan adanya Masjid di lantai paling atas. Bahkan beberapa kajian pernah juga dilaksanakan di sana. Masjid itu memang salah satu masjid ternyaman yang pernah saya kunjungi. Selain lantainya empuk, ruangannya pun wangi dan dingin.

Sampai-sampai saya sering ga bisa bedain, itu mantan apa lantai masjid PM sih. Dingin banget!! (hahaha bcanda)

Nah, kalau dilihat dari tempat ibadahnya saja berbeda, musholla dan masjid. Pasti lebih memadai masjid dong. Wajar saja masjid di PM jadi primadona. Lagipula, yang -diberi kelebihan harta oleh Allah utk- membuat fasilitas masjid di Mall tersebut adalah seorang muslim. Sehingga, khudznudzon saya, paling tidak beliau tau apa yang dibutuhkan oleh pengunjung mall yang mayoritas muslim.

Salah seorang teman saya yang ahli perbandingan mall, hehe, ketika kami di Surabaya, notabene Mall di sana jauuuhh lebih besar. Lalu bagaimana mushollanya?

Jangan berekspektasi terlalu tinggi!
Untuk ukuran mall segede Tunjungan Plaza saja, kira2 ukuran mushollanya memang 2-3 kali lipat besar musholla di BM. Tapi yang ga jauh bedanya adalah...... Sama-sama letaknya di tempat parkir. 

Sedih sih.

Tapi ternyata disitu letak yang mayoritas jadi perbedaan mall yang dibangun oleh orang muslim dan nonmuslim.
"Rata-ratanya kalau mall yang bangun orang non-muslim, pasti letaknya di basement parkir" begitu katanya.

Lalu apa kita perlu marah atau komplain? Tidak perlu rasanya. Karena tujuan mereka adalah membangun pasar, bukan tempat ibadah. Meskipun memang tempat ibadah itu sangat diperlukan.

Kembali ke mushola BM yang konon katanya sempit itu. Ga sekali dua kali saya mendengar dan membaca orang2 yang suka kecewa dengan musholla tersebut. Wajar. Mereka mungkin terbiasa sholat di masjid yang luas.

Tapi setidaknya ada beberapa hal yang mestinya membuat kita menahan diri untuk meluapkan kekecewaan.

1.) Bukankah lelaki itu wajibnya sholat di masjid? Masjid dalam makna sebenarnya. Meskipun sejatinya musholla dan masjid adalah sama-sama tempat untuk sholat berjamaah, namun ada beberapa hal yang membuat kaum lelaki lebih utama sholat di masjid yang memang menyelenggarakan sholat 5 waktu berjamaah.

 Betul ketika dikatakan kota ini mayoritasnya penduduknya adalah Muslim dan tentu saja masjid alhamdulillah tersebar dimana-mana. Jika tidak ingin kecewa dengan musholla mall yang sempit dan berbau tidak sedap, hindari lah pergi ke mall di waktu-waktu yang membuat kita menabrak waktu sholat. Atau jangan berlama-lama di mall ketika hati kita gelisah kalau terlewat waktu sholat.

Misal : Mau pergi ke mall jam stgh 6 sore dan adzan maghrib 6:20. Jarak dari rumah ke mall 30 menit. Kalau menunggu waktu maghrib bisa kelamaan, maka jalan aja dulu, TAPI berhentilah di masjid yang searah dengan arah mall.

atau

Prediksikan waktu yang kira-kira akan dihabiskan di dalam mall. Misalkan pergi ke mall setelah sholat Ashar, maka usahakanlah urusan di mall itu selesai sebelum adzan maghrib. Karena MAGHRIB memang biasanya jadi waktu-waktu padat di musholla bahkan di masjid.

Jika kedua hal tersebut diterapkan, in syaa Allah ga bakal ngeluh yang ga berguna lagi deh tanpa memberi solusi.

Tapi kan saya perempuan?! Tidak wajib di masjid.
Shahih! Perempuan afdholnya di mana ibu-ibu???? Di rumah sendiri. Bahkan di kamar yang tertutup.

Tapi kan di mall para karyawati juga mau sholat!
Betul. Muslimah yang beriman kepada Allah pastinya ingin senantiasa melaksanakan sholat 5 waktu di mana pun ia berada. Tapi, bukan berarti sempitnya Musholla itu jadi dalih kita untuk konsisten mengeluh dan protes sana sini tentang mushola itu. Datanglah di awal waktu sholat untuk mengurangi keluhan-keluhan itu. Janganlah menyalahkan pihak lain, sementara kita tidak memikirkan resiko setiap perbuatan yang kita lakukan atau pekerjaan yang kita pilih.

2.) Tempat wudhu tergabung. Nahh ini emang jadi masalah umum. Bukan hanya di musholla mall ya, bahkan di beberapa musholla umum yang biasanya memang disediakan utk tempat-tempat rekreasi memang tempat wudhunya tergabung, bahkan parahnya terbuka tanpa pintu. Kan kasian yaa yang berjilbab.
Salah satu contohnya adalah masjid yang dulu ada di sebelah GOR segiri. Alhamdulillah sekarang sudah dganti dengan gedung masjid yang baru, lebih besar dan tempat wudhu yang lebih tertutup.

Maka sebagai bentuk antisipasinya bisa saja melakukan cara-cara ini :

* Berwudhulah dari rumah dan senantiasa menjaga wudhu.
Tips ini biasanya jadi alternatif banget untuk ibu-ibu atau mbak-mbak yang tak bisa keluar rumah tanpa make up.
Tapi ini memang benar2 sangat membantu.
Percaya atau tidak.
Berwudhu dan menjaga wudhu senantiasa memberikan kesegaran lahir maupun bathin. Entah itu berwudhu ketika ingin sholat, ingin pergi tidur, atau lainnya. Terlebih lagi, menjaga wudhu adalah salah satu amalan sunnah. Sebab amalan menjaga wudhu inilah, seorang Bilal bin Rabbah telah terdengar terompahnya di surga.

Dari Abu Buraidah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam di pagi hari memanggil Bilal lalu berkata,
يَا بِلاَلُ بِمَ سَبَقْتَنِى إِلَى الْجَنَّةِ مَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ قَطُّ إِلاَّ سَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى دَخَلْتُ الْبَارِحَةَ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى
“Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sendalmu di hadapanku. Aku memasuki surga di malam hari dan aku dengar suara sendalmu di hadapanku.”
Bilal menjawab,
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَذَّنْتُ قَطُّ إِلاَّ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ وَمَا أَصَابَنِى حَدَثٌ قَطُّ إِلاَّ تَوَضَّأْتُ عِنْدَهَا وَرَأَيْتُ أَنَّ لِلَّهِ عَلَىَّ رَكْعَتَيْنِ
Wahai Rasulullah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua raka’at sedikit pun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani diriku dengan shalat dua raka’at setelah itu.” (HR. Tirmidzi no. 3689 dan Ahmad 5: 354. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits tersebut hasan)

* Jika memang keadaan mendesak dan kalau keluar mall waktu sholat akan habis, maka mintalah izin kepada jamaah yang laki-laki utk bisa bergantian dengan yang perempuan. Kalau memang laki-laki itu rajin sholat dan taat pada Allah, semestinya ia mengerti.


Selain itu, beberapa hal yang juga sering dipermasalahkan jamaah mall yang ingin sholat di musholla.

3) Mukena/Sarung kurang memadai atau bau. 

Well well.. it happens everywhere.
Jangan hanya menyalahkan pihak musholla yang ga menyediakan pakaian sholat dengan jumlah yang cukup, sehingga harus menunggu yang lain utk bergantian, tapi perhatikanlah pakaian kita yang mungkin tidak sesuai dengan tuntunan pakaian seorang muslim dan muslimah!

Memang, akan merepotkan kita, khususnya muslimah, ketika kita berpakaian ketat hingga nampak bentuk tubuh yang meliuk-meliuk kaya jalan samarinda-balikpapan, ingin sholat dan harus antre mukena. Padahal pakaian muslimah sudah dijelaskan dalam Al Qur'an :

Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا 
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mendekatkan jilbabnya  ke seluruh tubuh mereka“. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59).

Tapi kan, karyawan-karyawan di mall banyak yang harus berseragam sesuai tuntutan bos, bahkan diharamkan memakai jilbab!
Wah. Yaiyalah lah diharamkan. Yang boleh pake jilbab kan hanya karyawati saja! Hahaha. Ya kalok karyawan, minimal berpakaian rapi dan tidak menggunakan pakaian yang ketat, tipis, bercorak bahkan bergambar makhluk hidup. Misal saking sayangnya sama mamaknya, pakaiannya disablon pake foto mamak. Yaa kan ga gitu juga mas.

Kembali ke karyawati, memang sering jadi hal yang bertentangan. Saya sering melihat karyawati-karyawati di mall itu seringkali pakaiannya ketat, bahkan yang berjilbab tapi pakai rok mini dan dibantu balutan leging yang menutupi paha hingga mata kaki itu, banyak koq yang sering juga menyempatkan sholat berjamaah. Bahkan mereka membawa mukena pribadi. Di satu sisi itu masyaa Allah sekali, di sisi lain, saya sendiri berharap mereka bisa lebih patuh sama perintah Allah (sama kaya saya yang mestinya lebih patuh dan taat lagi :') )

Jadi untuk masalah mukena ini, paling tidak kita melatih diri utk pergi kemanapun berpakaian longgar dan tidak mencolok sehingga aman dipakai sholat. Jika ada kotor sdikit, tinggal dibersihkan. Atau, kita juga membiasakan diri membawa mukena yg berbahan mudah dibawa, kalau toh tidak kita gunakan, bisa kita pinjamkan kepada orang yang sedang mengantri sholat di musholla. In syaa Allah kita juga kebagian pahalanya. Mudahkan yaaa mencari pahala itu.

Jadi, menurut hemat saya. Musholla dalam komplek mall memang DIMANA-DIMANA cenderung sempit dan kurang layak. Gak hanya di BM, bahkan di hampir setiap mall, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi, khususnya di Samarinda, hampir sulit ditemukan tempat sholat seukuran masjid dan punya fasilitas pendingin ruangan, lantai empuk, air lancar, dsb. Believe me!

Kita mestinya yang tau diri, bahwa jelas-jelas tujuan semua itu dibangun adalah sebagai tempat hiburan, bukan tempat ibadah. Jadi kalau kita tujuan ke sana ingin memprioritaskan ibadah yaaa kurang tepat. Mau nyari wanita sholehah di tempat karaokean. Yaaa bisa saja nemu, tapi akan jaraaang sekali. Sebab wanita sholehah itu biasanya ogah ke tempat hura-hura yang bikin lupa dunia.

Kita mestinya cukup sadar diri aja. Kalau ke mall suka protes musholla sempit. laaahhhh... masjid-masjid gede yang ada di sini kira-kira jama'ahnya penuh kagak waktu jam nya sholat? Sepi kan? kenapa? Karena jama'ahnya jama'ahan di mall. Melupakan tempat yang lebih utama, tapi menuntut macam-macam.

Hey! jangan mengartikan kata-kata saya bahwa saya tidak sepakat dengan sholat berjama'ah ya. Please! saya tidak liberal gitu. Saya hanya mengingatkan bahwa tidak perlu kita koar-koar ga jelas nuntut pemerintah, dan pemerintah, dan pemerintah untuk membangunkan sebuah tempat sholat yang lebih layak untuk kita-kita yang ngaku ingin hak muslim terpenuhi tapi hak masjid tidak dipenuhi.

Padahal, seluruh permukaan bumi Allah ini adalah tempat untuk sholat kecuali yang dilarang. Kita ingin sholat di bawah jembatan, di atas kendaraan, di pinggir pertokoan, dsb tidak ada masalah selama tempat itu bersih dari najis dan lumrah dan tidak membahayakan.
 Hanya saja kita masih memandang semua itu terlalu asing. Bisa saja iman kita yang tipiiiss sehingga kita sendiri malu dianggap orang gila. Padahal, itu juga bisa menjadi bentuk dakwah kita.

Muslim is praying on his taxi around Times Square, NY. Source : google

Muslim men are praying jama'ah in Germany. Source : google

A group of muslim men is praying in front of minimarket around NY. Source : google

Bukan hendak membela non-muslim, namun jika kita hanya berpatokan pada "HAK sebagai penganut agama", maka yang non-muslim sekalipun jika mereka ingin bersuara, tentunya mereka pun ingin difasilitasi tempat ibadah untuk mereka. Kan repot.

Sah-sah saja kita berharap lebih. Hanya saja kita juga mesti melihat apakah yang kita tuntut memang sesuai pada tempatnya. Dan perlu diingat lagi, bahwa kita harus perhatikan juga resiko dari setiap keputusan kita. Kita memutuskan pergi ke tempat hiburan di saat mepet waktu adzan, dan ketika ke musholla umum, musholla nya penuh, lalu kita marah-marah kenapa begini kenapa begitu kan ga lucu. Kita sudah datang tepat waktu namun ternyata mukena habis, dan kita berpakaian ketat ala penari zumba kan ga lucu juga. Salah musholla karena ga menyediakan untuk kita? Gak! karena kita yang ga antisipasi.

Mall kita belum seperti mall-mall di Mekkah yang ketika adzan otomatis pertokoan ditutup dan ditinggalkan pemiliknya untuk sholat berjama'ah di atrium mall. Bahkan saya sedikit yakin, jama'ah umroh atau haji yang sholat di shopping mall di Mekkah memang merasa aman dan terfasilitasi (gak harus lari tebirit-birit dan rebutan mukena di musholla, karena di manapun bisa didapati orang berjamaa'ah), tapi tentu itu bisa saja menjadi salah satu bahan muhasabah sendiri "Mengapa sudah hampir tiba waktu sholat dan masih berkeliaran di mall?"



Atau, pemimpin kota kita belum seperti pemimpin di kota seberang pulau sana yang membuat gebrakan "Mobile Masjid" lengkap dengan tempat wudhu dan sajadahnya. Sehingga memudahkan para muslimin dan muslimah yang ingin melaksanakan sholat berjamaah.

Masjid Keliling yang nangring di salah satu Universitas di Bandung.
 If you're not a part of the solution, maybe you're a part of the problem!
Kecewa dengan pihak management mall itu sia-sia saja, terlebih jika kita sendiri tidak mampu membelikan solusi. Sia-sia kuadrat jadinya.

Pernah nanya gak kenapa di tempat karaokean gak ada musholanya? Eh sama, saya juga ga!
Tapi saya pernah nyari mushola di sana. Karena ga tau lagi mau nyari tempat sholat dimana sementara di luar hujan deras dan berteduhnya depan karaokean. Dan mas nya cumaa jawab "Wah, gak ada mba..."

Tapi cukup dibayangin aja, tempat seperti itu yaaa kecil kemungkinan ada tempat ibadah, meskipun diperuntukkan bagi karyawannya. Salah tempat mba. heheuuu

Mulai lah dari diri sendiri dulu, kurangi menghabiskan waktu yang terlalu lama di mall. TERUTAMA DI WAKTU MAGHRIB!

Dan apabila seorang wanita muslimah memang butuh pergi ke mall untuk membeli sesuatu misalnya, carilah hari-hari di mana sedang "libur sholat" sehingga bisa belanja dengan aman dan tidak tergesa-gesa. Tidak perlu banyak alasan lagi, we choose our own risks! :D

Allahu a'lam bisshowaab.




Tuesday, December 29, 2015

The feeling when I read


I don’t read very much. But I know the feeling when someone who loves to read, read a book. 

ALIVE.

 I understand that feeling. The amazing feeling when your mind is filled up by the beautiful words and your body feels like having a new soul. Especially when the book’s really got you.




Thursday, December 24, 2015

If Rasulullah is here, what will you say?


Kalau Rasulullah sekarang ada di antara kita, menurutmu apakah beliau akan tersenyum?

Melihat apa yang telah dilakukan umat muslim selepas ia tiada...

Mengetahui apa yang sudah dirasakan umat muslim sejauh ini..

Mendengar betapa berat perjuangan umat muslim hingga detik ini...

Apakah beliau akan berbangga melihat sebagian umatnya yang jauh dari Qur'an dan Sunnah?

Bayangkan jika Rasulullah ada di hadapanmu..

Apa yang kau katakan?

Aku.
Mungkin hanya akan meminta, Ya Rasulullah...bawa saja aku bersamamu..

Tapi aku takut.. aku takut Rasulullah justru memalingkan wajahnya dan enggan melihatku..

Monday, December 21, 2015

Ini Prinsip Kami !

Lagi heboh tentang kisah si penjual donat mungil yang dibully karena mempertahkan prinsip tidak menerima orderan dengan ucapan "Merry Xmas".

Wah. Jadi pengen ikutan sharing juga dalam prinsip dalam bisnis kecil2an. Sejauh ini saya menerapkan prinsip utk tidak menerima orderan scrapbook utk anniversary atau kado pacar atau gebetan dsb.

Sebenarnya prinsip dalam berjualan itu penting banget. Apalagi jika seseorang blajar memahami hal2 yg dilarang dalam agama.

Kami, muslim, pun yang masihh sangat perlu belajar. Kami faham bahwa kelak harta yang kami dapat akan dipertanggung jawabkan bahkan satu sen nya pun.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam:
لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَ أَفْنَاهُ, وَعَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ بِهِ, وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ, وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَ أَبْلاَهُ.
Artinya: ”Tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia akan ditanya tentang empat perkara (yaitu):(1) Tentang umurnya untuk apa ia habiskan?; (2) Tentang ilmunya untuk apa ia amalkan?; (3)Tentang hartanya darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan?; dan (4) Tentang badannya untuk apa ia gunakan?. (Sunan At-Tirmidzî).


Oke, katakanlah "kolot" , "close minded" atau sbagainya. But, what is your problem?

Memang, itu cuma kata2. Tapi scra ga langsung, mmbuat penjual itu berpikir dia bisa saja jadi perantara dalam hal kemaksiatan. Bahu membahu dalam kebathilan.
Memang, belum tentu saya, atau penjual yg berprinsip sperti itu jauh dari kemaksiatan. Tapi kami berusaha meminimalisir dosa2 kecil yg ga disadari.
Banyak yg mngira kalau pebisnis newbie khususnya Akhwat dan ummahat itu kebanyakan hanya mengejar karir atau dunia. YOU'RE TOTALLY WRONG! 

Ga sedikit org yg mnjadikan prinsip yg diterapkan dlm dagangannya sbgai sarana dakwah kecil2an.
Setiap org bertanya "Loh, knapa ga nerima mbaa? Kan cuma gitu aja" Itu bisa jadi kesempatan emas utk mnyampaikan dkwah halus ke org lain. 

Toh tidak mengganggu org lain. dan tentu tidak menganggu bisnis kita. 
Toh kami hanya menyalurkan potensi dan hobinya masing2. 
Sehingga kami berhak memegang prinsip utk tidak menerima orderan jika kepentingannya tidak sesuai dengan agama yg kami fahami.

Rezeki itu Allah yg atur. Kita menolak satu orderan itu bukan masalah besar. In syaa Allah nanti Allah dtgkan customer2 lain.

Alhamdulillah sejauh ini memang blum ada yg bully saya knapa ga nerima orderan utk anniversary pacar, dan gada yg order utk Christmas thing krna orderan sudah closed dr bulan lalu. Temen2 juga sudah faham,, shingga ketika mereka bantu promosiin bisnis kecil2an ini mereka yg kasi tau kalau saya ga terima orderan yg bgini bgitu..

We respect, we tolerate. But please, don't bother our own rules.

anyway,, salut banget utk penjual donat mini itu. Semoga jdi motivasi utk yg lain. ”


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Barangsiapa yang dunia adalah ambisinya, maka Allah akan menghancurkan kekuatannya, menjadikan kemiskinan di depan matanya dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah Allah takdirkan. Dan barangsiapa akhirat adalah tujuannya, maka Allah akan menguatkan urusannya, menjadikan kekayaannya pada hatinya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk.” (HR Ibnu Majah)


Wednesday, December 16, 2015

Malam Syahdu

Huuujan.. Huuujan.. daatang lagi...

mainan hape sambil browsing bahan skripsi sekalian nunggu yang belum pulang-pulang ini...
semoga gak kenapa2.

Jendela kamar tempias. Anginnya kenceng banget.

sekian postingan ga penting.

A placed where my heart is....

Makin hari makin kangen suasana rumah di Samarinda. Cuaca yang gloomy, mendung mendung adem, Sehra bobok, dan sendirian begini bikin hati ma...