Saturday, February 28, 2015

Maafkan Dia Tak Sempurna





Wahai jiwa yang hatinya pernah ia patahkan
Maafkanlah karena ia tak sempurna
Ia hanya lelaki biasa yang sering khilaf karena lisannya
.
Wahai hati yang masih tulus mencintainya
Maafkanlah karena ia tak sempurna
Karena memang mungkin tak semua lelaki bisa setia
.
Wahai raga yang masih menantikan kembali kehadirannya
Maafkanlah karena ia tak sempurna
Naluri lelaki memang terkadang mudah berpaling dari orang yang mencintainya
.
Wahai insan yang masih saja mengulang kata-kata manisnya
Maafkanlah karena ia tak sempurna
Ia bukan Tuhan yang pasti akan menepati janjinya
.
Wahai engkau yang pernah dikhianati cintanya
Merasa dibohongi karenanya
Maafkanlah karena ia tak sempurna
Ia bukan bergelar Al-Amin yang selalu jujur perkataannya
.
Jika kau memang mengharapkan kesempurnaan,
akan ku beri tau bahwa memang bukan dia lah orangnya
.
Berhentilah mencaci kesalahannya,
Karena itu hanya akan menutup hatimu dari kebenaran yang ada
.
Tidak semua yang berpaling karena ia mudah tergoda
Bisa jadi, kau hanya tak sadar bahwa ia menyimpan jenuh dalam dada
.
Berhentilah mengungkit kesalahannya,
Menyalahkan kepergiannya,
Karena telah kau dapat hikmah yang tak ternilai harganya,
.
Memang ia pernah salah, namun kini
Telah ada hati yang tak lelah memaafkannya meski sedalam apa pernah ia lukai hatinya
Telah ada telinga yang tak bosan mendengarkannya meski ia tau kebohongan kadang tercipta
Memang ia pernah salah, namun kini telah ia tinggalkan itu semua
.
Wahai kau yang pernah tersakiti karenanya,
Maafkanlah ia, agar kau pun bahagia.

Wednesday, February 25, 2015

Ikat Rambut

Allahumma Shoyyiban Naafi'an...

Hujan turun lagi, Alhamdulillah ❤
Bikin mager, alias malas gerak. Hehehe.

Well, there's something about today yang bikin senyum-senyum diri.
Percaya bahwa Allah mendengar (lagi dan lagi) mesti kadang hanya terlintas dalam hati.

Sebenarnya tadi pagi waktu ke pasar beli pisang, ingat mau belo sesuatu selain itu. Tapi lupa, apa yaaa..
Yasudahlah pulang aja dulu.
Eh ternyata di jalan pulang baru ingat. Mau beli ikat rambut.
Tapi karena malas balik, yasudah lah bergumam aja dalam hati, biasanya sore-sore gitu ada paman2 yg jualan aksesoris keliling meski jarang.

Dan........
Qadarallah... Sebelum belok ke Gang Mawar, ngeliat paman2 yg jualan aksesoris lagi ngetem di warung dekat rumah.

Aaaaahhhh.. Gak terkira gimana bahagianya.
Bukan karena nemu paman2 itu. Tapi ngerasa banget kalau Allah Maha Mendengar. Maha Mengetahui. Padahal gak berdoa. Cuma niat, dan bukan niat beribadah pula :')

Ya Allah. Aku sampaikan lah hal itu kepada pamannya.
"Maasyaa Allah paklek, rejekinya paklek ini, padahal tadi baru diniatin mau beli ikat rambut sama paklek2" :')

Simple yah. Sederhana banget. Hal sekecil itu aja Allah perhatiin banget.

Allah...

Sunday, February 22, 2015

Disitu Saya Merasa Sedih


kalau ingat hadits
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Aku melihat ke dalam Syurga maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah fuqara’ (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam Neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penghuninya adalah WANITA.” (HR Bukhari dan Muslim), disitu sering saya merasa sedih
.
Bila melihat lagi ke dalam diri ini, betapa banyak maksiat yang masih dilakukan dan masih sulit untuk ditinggalkan, disitu sering saya merasa sedih
.
Bila dengar pujian orang lain yang setinggi langit, sedang itu semua hanyalah KARENA ALLAH yang menutupi segala AIB dan diri ini, disitu sering saya merasa sedih
.
Bila ingat bahwa diri ini benar-benar tidak sebaik dari yang orang sangkakan, disitu sering saya merasa sedih
.
Bila ingat masa lalu yang kelam, tak nak mencari ilmu agama, lebih-lebih lagi untuk taat padaNya, disitu sering saya merasa sedih
.
Bila tersadar bahwa dulunya bibir ini lebih sering melantukan syair-syair syaitan dibanding ayat suci Al-Qur'an, disitu sering saya merasa sedih
.
Bila coba diungkit lagi, barangkali lidah ini sering
 mencelakakan saudara sesama muslim, ghibah, fitnah, dan terbujuk rayuan syaitan, dibanding menasehati dan menyampaikan kebaikan, disitu sering saya merasa sedih
.
Bila ingat bahwa pintu neraka selalu terbuka lebar, bahkan Malaikat Mikail pun tak pernah lagi tertawa semenjak neraka diciptakan, sedang kata taubat masih di pangkalnya lidah, disitu sering saya merasa sedih
.
Bila berkaca pada diri sendiri, terkadang masih lalai dari apa yang sudah dinasehatkan kepada yg lain, disitu sering saya merasa sedih

----------------------------
Ya Rabb, masih pantas kah aku memohon lebih kepada-Mu, setelah ku sadari bahwa tak sedikitpun Engkau menahan nikmat dan karunia-Mu sebab dosa-dosaku?????????????. :'( #selfreminder #reflection #muhasabah #tafakkur #repent #Allah

Saturday, February 21, 2015

Menuai Cinta dengan Taubat


Original post by: ISLAMPOS

DOSA memang tidak pernah memilih. Siapa pun bisa dihinggapi. Ketika cahaya Allah meredup dalam hati seorang hamba, tarikan maksiat menjadi lebih kuat. Tiba-tiba, dosa menjadi lebih mudah dilakukan daripada taat dalam ibadah. Karena itu, istighfar menjadi rutinitas yang mesti terus mengalir menyiram hati yang mulai gersang. Karena taubat menyimpan seribu satu anugerah.
1. Taubat membuka pintu rezeki
Kepicikan berpikir manusia kadang menggiringnya pada sebuah kesimpulan sederhana: mencari rezeki haram saja susah, apalagi yang halal. Sedemikian mudahnya orang menipu, mencuri, hanya karena satu alasan: demi kelangsungan hidup.
Tidak banyak orang menyadari kalau ada energi lain di balik kebersihan diri dari segala salah dan dosa dalam hubungannya dengan rezeki. Itulah yang disebut dengan keberkahan: sebuah nilai tambah yang menjadikan rezeki sedikit, mempunya nilai guna yang maksimal. Maha Benar Allah dalam firman-Nya dalam surah Al-A’raf ayat 96. “Jika penduduk negeri-negeri  beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi….
Ketika kesadaran kembali pada kebersihan diri lahir, itu saja sudah membuka pintu rezeki baru. Taubat yang dilakukan dengan benar dan sepenuh hati akan mendatangkan segala kemudahan dari Allah. Maha Agung Allah dengan firman-Nya, ”Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS 71: 10-12).
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, apabila manusia bertobat kepada Allah, meminta ampun kepada-Nya dan senantiasa menaati-Nya; niscaya Allah akan menambahkan rezeki orang itu. Allah juga menurunkan air hujan serta keberkahan dari langit, mengeluarkan berkah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, melimpahkan air susu perahan, membanyakkan harta dan anak-anak, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam buah-buahan, serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun itu untuknya.
2. Taubat membangun kekuatan persaudaraan
Pesaudaraan lahir karena adanya ikatan kuat. Ikatan itu bisa karena pertalian darah, etnis, dan akidah. Dari sinilah persaudaraan tumbuh. Dan akan berkembang ketika masing-masing pihak bersemangat untuk saling memberi. Bukan meminta, apalagi mengambil paksa.
Penzaliman seperti itu akan merusak bahkan memutus tali persaudaraan yang sudah terjalin. Ketika tali itu putus, yang muncul bukan lagi persaudaraan. Melainkan, kebencian dan permusuhan.
Kesadaran untuk kembali kepada kesucian membangun kegairahan baru untuk memperhatikan hak. Termasuk hak-hak yang pernah tercederai. Dari situlah seseorang mengembalikan semua hak orang lain yang pernah terzalimi. Termasuk hak-hak Allah yang pernah terlalaikan.
Hati manusia bisa keras dengan kebencian dan permusuhan. Dan akan melunak dengan maaf dan hadiah. Sulit membayangkan seseorang akan tetap komitmen dalam permusuhan ketika yang dimusuhi meminta maaf dan mengembalikan semua harta yang mungkin sudah dianggap hilang.
3. Taubat  menyegarkan semangat hidup
Fitrah manusia cenderung kepada kesucian. Jiwa, pikiran, dan jasad manusia akan sehat jika hati tetap pada jalan yang istiqamah. Ketika terjadi kebengkokan itulah, jiwa mulai gelisah.
Orang yang gelisah kerap melihat fakta hidup dengan kacamata sebelah: ketidakpuasan. Akan selalu ada konflik di peran mana pun yang ia ambil. Karena ketidakpuasan berangkat dari semangat meminta. Sementara ketenangan dari semangat memberi.
Pada keadaan tertentu, semangat meminta ini bisa memanas pada pemaksaan. Bayangkan jika orang-orang seperti ini memegang tingkat kekuasaan tertentu. Bisa keluarga, organisasi, bahkan masyarakat dan negara. Maka, kegelisahan hidup tidak lagi milik pribadi, tapi sudah merebak menjadi milik bersama.
Kegelisahan-kegelisahan yang tidak menemukan titik kendali yang pas akan berujung pada putus asa. Dan putus asa bisa menggiring seseorang pada pengkerdilan nilai hidup. Hidup menjadi tak lebih dari sekadar aktivitas pemuas kenikmatan.
Ketika seorang hamba Allah bertaubat, segala ketidakpuasan dan keputusasaan dipertemukan dengan energi besar yang bernama hidayah dan ampunan. Saat itulah, puing-puing ketidakpuasan terkikis habis dengan terangnya cahaya iman. Ada kedekatan dengan Yang Maha Kuat, Maha Bijaksana, Pengasih dan Penyayang. Ada kesadaran tentang hakikat hidup. Dan ada kegairahan meraih nilai-nilai hidup yang sebenarnya.
4. Taubat melembutkan hati untuk dekat kepada Allah swt.
Hati memang sesuatu yang penuh misteri. Ia menjadi raja bagi seluruh kegiatan manusia. Hati begitu dinamis merespon bahkan menyetir segala suasana yang melingkupi hidup seorang manusia. Kadang ia bisa keras karena keringnya sentuhan iman. Dan menjadi begitu lembut ketika rengkuhan nilai keimanan menjadi begitu kuat.
Taubat seorang hamba Allah sebenarnya menyatakan bahwa hatinya mulai melunak. Ada celah-celah cahaya hidayah yang mulai merambat masuk ke hati. Jika taubat tidak diikuti dengan perawatan yang baik, bisa jadi, celah-celah tadi mengecil dan akhirnya tertutup kembali. Dan Allah swt. lebih cepat membuka pintu cintaNya daripada hambaNya yang akan menuju taubat.
Maha benar Allah dengan firman-Nya: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Q.S. An-Nur:31). [islampos/saksi]

Love Is........ by HJ-Story












*there are some more will be uploaded soon ❤❤❤

Apakah yang Membuatmu Sulit Untuk Menutup Aurat


Doodle by: @ainsuhaida,  picture: @pendosategar_
Caption: FP Jilbabku Mahkotaku

Benar..
Berjilbab belum tentu baik imannya.
Akan tetapi wanita yang baik iman sudah pasti berjilbab bukan?

Benar..
Menutup aurat bukan jaminan nggak pernah berbuat dosa.
Akan tetapi menutup aurat sudah pasti mengurangi dosa.
Minimal telah menggugurkan dosa kewajiban menutup aurat.. Benar..
Berjilbab nggak jaminan selalu dekat dengan Allah.
Akan tetapi yang pasti ia ingin mendekat kepada Allah.

Benar..
Muslimah yang sudah berjilbab pun belum tentu akan mendapatkan syurga.
Namun, bila yang sudah berusaha berjilbab pun belum tentu ditempatkan di syurga, lantas bagaimana dengan yang tidak berjilbab?

"MENDING NGGAK BERJILBAB KALAU KELAKUAN MASIH PENUH MAKSIAT!"
Nah..
Ini kalimat yang menyesatkan.
Serupa dengan ajakan setan.
Yang baik diperlihatkan jelek.
Yang jelek diperlihatkan baik.

Berjilbab itu adalah untuk memperjelas jati diri.
Melindungi kehormatan dan kemuliaan yang tak akan terganti kelak.
Kenapa mesti berjilbab?
Karena itu adalah perintah-Nya.
Karena itu akan melindungi wanita dari lelaki yang suka maksiat..

 Tapi di luar sana banyak yang sudah berhijab tapi ternyata ahli maksiat..!
Subhanallah dear, itu lah mengapa kita pun perlu berilmu pula,
Kenakanlah jilbab dan kerudungnya lalu semakin perdalam lagi ilmu agamanya.

Seseorang yg baik pemahaman agamanya, maka akan semakin terulur khimarnya, dan semakin bagus pula akhlaknya.. Jika kau melihat seorang muslimah melakukan suatu kebathilan, jangan kau caci jilbabnya.. Barangkali ia pun sedang tertatih dalam membenahi diri.. Ia masih sebagai fitrahnya yakni seorang hamba yang khilaf.
Doakan ia istiqomah dengan hijabnya, dan semakin cemerlang akhlaknya. Jangan itu yg menjadi alasan untuk tidak berhijab, karena setiap muslimah yang sudah berhijab dengan baik pun tidak akan sama akhlaknya.. Jemputlah hidayah Allah itu. Tutuplah auratmu. Sebab Allah tidak akan mengubah keadaan seorang hamba sebelum hamba itu yang merubahnya. .

Friday, February 6, 2015

Perjalanan Itu Bernama "Hijrah"



"Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (An-Nisaa':100)


Sudah lama ingin menuliskan kisah hijrah ini, tapi entah mengapa baru dapat saya sampaikan..

Semenjak SMA saya suka heran dengan mba-mba rohis yang jilbabnya lebar, dan setiap bertemu saya, selalu menjabat tangan dan cipika cipiki, padahal saya tidak mengenal mereka. Lalu saya berkaca, "kenapa ya mba2 itu?"  padahal jilbab saya gak selebar mereka. Saya tidak faham bahwa itulah sebaik2nya pakaian muslimah. Pemahaman agama saya teramat sangat lemah, meski saat itu sekolah memfasilitasi taklim pekanan.

Selang waktu berlalu takdir Allah ternyata mengizinkan saya untuk tinggal dan menuntut ilmu di belahan bumi-Nya yang lain. Suatu negara dimana Muslim menjadi hal yg tabu bagi mereka. Suatu kota yg hanya saya beragama Islam. Tidak ada masjid, tidak ada adzan, apalagi perempuan yang berhijab. Dari situ sebenarnya sudah ada keinginan untuk berhijab lebar, karena Qadarallah, justru kedekatan pada Allah sangat terasa ketika saya menjadi sosok yg single fighter di negeri orang. Segala keluh kesah hanya bermuara pada Allah dan airmata. Namun, apalah daya, seumuran anak SMA seperti saya kala itu, sendirian dan tidak punya pemahaman yg mantap ttg Islam dan pakaian muslimah, akhirnya niatan berhijab lebar pun hanya sekedar niatan semu.



Dulu saya tidak faham apa itu berhijab syar'i,  yang hanya saya tau muslimah itu diwajibkan menutup aurat. Meskipun bgitu, saya sempat berpikir, andaikan kala itu saya lebih lama lagi di negeri orang, pasti saya sudah berhijab lebar. Karna saya melihat kedamaian di wajah muslimah yg berhijab lebar dan rapi. Terlebih lagi waktu itu sedang booming film Ketika Cinta Bertasbih, di mana pemain utamanya mayoritas berlatar belakang pendidikan yg syar'i dan mengenakan pakaian kehormatan bagi muslimah. 😄
Walau niat utk berhijab lebar kala itu tidak terealisasi sempurna, tidak sekalipun saya ingin menanggalkan hijab saya meski banyak yang bertanya "Buat apa dipakai di sini, kan kamu bukan di Indonesia.",  "Apakah kamu setiap saat kamu harus mengenakannya?",  "Kalau mandi dicopot gak?"
Haha.. Saya tau akhirnya, menurut mereka Jilbab ini hanya kebudayaan, bukan bagian yg melekat dari agama seseorang.

Beberapa waktu berlalu dan kembalilah saya ke pangkuan Ibu Pertiwi, dan masih mengenakan jilbab yang "yaaah yang penting nutupin kepala dan leher laah". Namun terKadang, kenyataannya , berada di negeri yang membebaskan seorang muslimah berhijab sesuai syariat malah melalaikan saya utk taat kepadaNya.

Hingga akhirnya di tahun 2013, tepatnya tgl 7 Oktober, pag. Itu saya ingin pergi kuliah dengan hijab syar'i.
.
Bismillah...
Ketika itu saya malu-malu, hingga saya memilih utk menutupinya dengan jaket yang agak besar agar orang rumah tidak menyadari.
Saya tidak punya khimar yg syar'i maka saya ambil 2 lembar kerudung paris agar idak tembus pandang. :D
Setelah 2 3 hari, akhirnya teman2 menyadari perubahan saya dan suka kepo tanya "koq skarang udah berubah?"

Saya tidak pernah mnjawab dengan serius, tapi kali ini saya akan menulis dengan jujur. Bahwa semua berasal dari kecemburuan saya kepada seorang akhwat yang hanya saya tau namanya dan tulisan2nya.. Saya cemburu, sebab bagi saya Ia lebih mencintai Allah ketimbang saya mencintai Allah. Ia lebih bersemangat berdua-duaan dengan Allah, sedangkan saya masih lalai. Akhwat itu membuat saya ingin mengejar cintaNya, Allah. Apakah akhwat itu mengetahui saya? YA. Hanya saja saya pun tau, dalam hatinya mgkin tersimpan rasa tidak suka yang begitu besar terhadap saya. Sehingga itu menyulitkan saya utk menyampaikan padanya. Mengapa begitu? Mungkin hanya jadi rahasia Allah,  Ia dan Saya.

Walau berawal dari niatan itu, pelan-pelan saya menulusuri segala hal yg berkaitan dengan Islam dan bagaimana seharusnya muslimah itu berpakaian.. Allah..
Berislam sejak lahir tapi baru kali itu saya ingin belajar Islam (semoga Allah mengampuni keterlambatan ini).
Seperti orang yg sangat haus akan ilmu, saya menggali ilmu praktis melalu internet dan video2 islami, namun masih terasa ada kekosongan bila tidak berilmu dari majelis. Akhirnya saya mencoba bergabung lagi di halaqoh yg bertahun2 prnah saya tinggalkan. Dan sebaliknya, saya tinggalkan pertemuan2 yg tidak ada manfaatnya, perlahan aKhirnya teman-teman saYa menyadari bahwa saya mgkin tidaK Asik lAgi untuk diajak ngumpul atau sekedar nonton bAreng.


Dan suatu ketika, dalam renungan saya di perjalanan, airmata saya mengalir sambil memandang langit, (agak Lebay) , mensyukuri betapa kuasanya Allah menggiring saya menuju kepadaNya. Meski harus melalui org lain. Ya muqallibal quluub, tsabbit quluubana 'alaa diinnik. La hawla wa la quwwata illa billaah...
10 tahun berjilbab, baru itu saya faham betul makna menutup aurat.
Saya tidak tau apakah ini yang dinamakan hidayah.. Saya hanya bersyukur bahwa saat ini nikmat iman dan Islam itu begitu meresap di hati. Selalu ada perasaan sangat hina setelah melakukan dosa. Tidak seperti dulu yang merasa biasa saja. Astaghfirullah ...

Hijrah ke penampilan yang syari pula akhirnya menginspirasi saya untk menjadi bagian pjuang dakwah dalam berhijab syar'i dengan berdagang khimar. Hitung2 mengikuti jejak Rasulullah dalam menyebarkan dakwah melalui jalur berdagang..bukan bergadang :P Ingin memudahkan diri sndiri jika ingin membeli khimar dan memudahkan teman-teman yg lain. Rasanya juga jadi haru setiap ada teman yg pelan2 ingin merubah penampilannya..



Namun bukan berarti hijrah ini tanpa ujian. Saat teman-teman sanak saudara senang melihat perubahan saya, ternyata kekhawatiran itu dtg dari orgtua sendiri. Suatu malam,  mendidih kepala ayah dan ibu saya sebab mereka melihat perubahan saya ini tidak wajar. Krna saya pelan2 mendalami ilmu yang sunnah, saya pun meninggalkan perkara bid'ah yang terkadang masih ada dalam keluarga, dan ternyata itu memancing amarah kedua orgtua saya yg barangkali khawatir saya terikut aliran sesat dsb. Saya dan ibu berlinang airmata. Panas rasanya hati dan telinga ini mendengar kekhawatiran  Ayah dan Ibu yg begitu besar, sehingga kata2 terdengar perih bagai sembilu. Ingin rasanya menjelaskan dengan lancar dan lembut bahwa semua ini saya lakukan semata-mata krna ingin meraih cintanya Allah, namun suara saya tenggelam dalam isak tangis berjam-jam.

Tapi ternyata dari situ lah akhirnya pelan2 perubahan saya sedikit bisa diterima. ibu saya pun perlahan mengenakan hijab syar'i, tidak pernah lagi saya lihat ibu melilitkan hijabnya, meski terkadang ibu masih lupa mengenakan kaus kaki, tapi saya bersyukur bhwa orgtua akhirnya mengerti jalan hijrah ini penting..

Kemudian suatu hari, saya pun akhirnya memberanikan diri menemui akhwat yang turut berjasa dalam perjalanan hijrah ini. Saling bertukar cerita sekedarnya dan bicara perkara hati dan perempuan. Awkward memang, tapi saya harus cukup senang dgn pertemuan pertama itu. Meski saya tau, sampai detik ini mungkin Ia tak bisa menerima sepenuhnya keinginan saya untuk menjadi saudarinya, karna lagi-lagi hati wanita itu sulit dijamah. Saya pun tak tau mengapa. Namun doa selalu saya selipkan untuknya agar suatu hari kami bertemu dalan keadaan yg lebih baik dan Allah meridhoi pertemuan itu.


Dan perjalanan hijrah ini tidak akan semanis tanpa rahmat dan kasih sayangNya kepada hambaNya yg masih berselimut dosa ini. Sungguh, dengan berawal dari memperbaiki penampilan kemarin, serasa Allah jadi lebih dekat, dan tidak ada permasalahan yAng terlalu sulit untuk diselesaikan.

Hari ke empat pake jilbaB gede >.< 10 Oktober 2013

A placed where my heart is....

Makin hari makin kangen suasana rumah di Samarinda. Cuaca yang gloomy, mendung mendung adem, Sehra bobok, dan sendirian begini bikin hati ma...