Thursday, January 29, 2015

Suatu Sore di Angkringan Jogja

Kala itu, untuk keempat kalinya nemanin si Jundullah kecil,  Amer, pergi ke tempat favoritnya yang baru yaitu "Angkringan Jogja" di daerah Seberang. 😄

Semenjak Ibu dan Bapak pergi menunaikan ibadah Umroh dengan Nenek dan Adik kedua, dan saya jarang masak karena banyak yang dikerjain , jadilah kami jadi pengunjung setia "gerobak cinta" paklek angkringan. Makanannya memang jauh dari kemewahan, tapi bagi saya dan Amer, makan enak gak perlu mewah.


Pada kunjungan ketiga, Paklek angkringan sepertinya mulai hafal wajah kami yang suka bolak balik makan disana baik dibungkus atau dibawa pula. Ada obrolan singkat ketika saya mengambil foto di atas
"Sana liat ke kamera, difoto sama Mama", kata paklek angkringan.

Seketika saya protes "Saya kakaknya paklek 😭"

"Oh maaf maaf kak, saya kira sampeyan mama nya".

Haha, sudah biasa sih dikira emak-emak (muda). Mungkin udah waktunya *eh.

Malam keempat, saya lihat Ada yg berbeda dari gerobak kecil paklek angkringan. Saya melihat ada bingkai foto yang ada gambar seorang wanita dan anak kecil, dan beliau. Saya menebak dalam hati. "Sepertinya ini keluarga kecil pakleknya"

Sambil menunggu sate usus, telur puyuh dan mendoan yang saya pesan sedang dibakar, saya iseng bertanya "Sudah lama di Samarinda paklek ?"

"Lumayan kak. Sudah 10 bulan...."

Dan paklek nya pun menceritakan agak detail tentang pengalaman beliau di Samarinda , dari berganti-ganti pekerjaan hingga masalah keluarga kecil beliau . Sebenarnya saya tidak bertanya lebih, hanya saja paklek itu terlihat ingin berbagi kisah saja. Walau begitu, nampak dari wajah beliau semangat untuk tetap bisa membahagiakan putri semata wayangnya yang diasuh oleh neneknya (sebab beliau dan istri sudah bercerai).

Lagi lagi, obrolan dengan paklek angkringan itu membuat saya harus lebih sering2 lagi bertafakur, dan bersyukur dengan nikmat Allah atas segala kecukupan yang Allah titipkan pada saya ..

Satu hal yang membuat saya betah bolak-balik ke angkringan situ selain karena Amer yang mau ialah, paklek itu nampaknya masih menjaga kesopanan ala Jogja beliau dengan menyapa saya dengan sebutan "Kak"..
Yah.. Paklek...semoga rejekinya barokah yaa dan biaa membahagiakan putri nya..

Saya bakal sering jajan di gerobak cintanya paklek deh.. Mendoan bakarnya bikin selera makan memuncak 🙌🙌🙌

Wednesday, January 21, 2015

Jalan Hijrah Muslimah

Dari tidak pakai kerudung, mulai memakai kerudung,
Dari kerudung pendek, mulai melebarkan kerudung,
Dari memanjangkan kerudung, mulai memanjangkan lagi dan lagi.
Dari berpunuk unta, mulai membiarkannya rata.
Dari tangan terbuka, mulai ditutup baju lengan panjang,
Dari ditutup dengan baju, mulai pakai sarung tangan
Dari kaki terbuka, mulai ditutup agar tak terbuka.

Adakah ringan menjalani semua itu?
Adakah mudah menempuh semuanya?

Belum lagi mendengar cacian orang.
Belum lagi menempuh anggapan saudara.
Belum lagi bersabar dengan kritikan kawan-kawan.

Ya semua tak mudah.

Dalam kepedihan menerima kritikan dan cacian,
INGIN TAU APA YANG PALING PEDIH BAGI ORANG YANG MENCOBA BERHIJRAH MENCARI SEKELUMIT RIDHA ALLAH?

YANG PALING PEDIH ADALAH,
bila orang memandang kita baik!
Memandang kita sempurna,
Memandang kita cukup terjaga,

Sedangkan hati masih dicemari dosa dosa.
Sedangkan ilmu masih lagi tak ada apa apanya.
Padahal, terkadang riya' sini sana.

Sedangkan,
Orang ingat,
Muslimah berkerudung panjang itu tinggi ilmunya.
Muslimah berniqab itu baik akhlaknya.
Muslimah tertutup itu sempurna orangnya.

Sedih bukan dianggap begitu?
Sedangkan diri sebenarnya tak seindah itu.

Orang yang memandang seperti itu tidak tahu.
Apa yang muslimah itu rasakan.
Apa yang muslimah itu tempuh.
Dalam waktu dia mencoba hijrah.

Orang tidak tahu.

Muslimah itu kadang kadang rapuh.
Kadang kadang jatuh.
Kadang kadang tak utuh.
Kadang kadang menyimpang jauh...

Muslimah itu kadang kadang tersesat..
Kadang kadang lebih berdosa dari pendosa.
Kadang kadang tergelincir dari landasannya.

Orang itu tidak tahu.
Muslimah itu sama.
Manusia biasa.
Punya rasa.
Punya jiwa.

Orang tidak tahu.
Muslimah itu juga sedang berperang melawan nafsu dunia.
Karena Ia sadar,
Hatinya tidak sejernih yang orang lain katakan.
Berusaha mencapai harapan orang orang yang berharap tinggi padanya.

Tabah lah muslimah.
Andai jalan itu yang di pilih.
Allah telah pun memelihara kita
Allah telah menjaga kita
Lalu, ia kembali lagi pada cara kita menjaga apa yang Allah jaga untuk kita.
“Islam datang dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali asing sebagaimana kedatangannya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing itu.”
- Hadith Riwayat Muslim -


*disunting dari fastabiqulkhoirot.tumblr.com

A placed where my heart is....

Makin hari makin kangen suasana rumah di Samarinda. Cuaca yang gloomy, mendung mendung adem, Sehra bobok, dan sendirian begini bikin hati ma...