Hari minggu memang biasanya saya rutin membereskan kamar
tidur saya yang sebagian besar berwarna ungu. Tapi kali ini lebih tepatnya saya
membongkar ulang gara-gara lemari saya kena tetesan air AC, jadi dalamnya
berjamur dan harus di pindahkan letaknya. Alhasil, saya harus keluarin semua
barang-barang di dalam lemari untuk mengurangi beban untuk dipindahkan. Maklum,
saya kadang ngerasa punya tenaga super jadi segala sesuatu lebih enak dikerjain
sendiri :P
Sedang dalam tahap pemberesan |
Eh, tapi sebenarnya bukan itu yang ingin saya ceritakan
dalam catatan virtual kali ini.
Begini…
Setiap kali “membongkar” isi kamar, saya selalu kembali
melihat-lihat, mengecek ulang semua barang-barang saya, dan biasanya saya
menemukan sesuatu yang sudah lama tidak saya lihat. Seperti halnya kali itu,
saya menemukan lagi kotak yang isinya adalah surat yang sebenarnya dalam masa
pencarian saya. Saya tau surat itu saya simpan, tapi saya lupa di mana.
Alhamdulillah karena bongkar-bongkar, akhirnya saya menemukannya. :D
Saya membaca lagi isi surat itu dan seketika itu pula
airmata saya menetes, dan rasa ingin mencari sosok pengirim surat itu pun
kembali meningkat. Surat itu usianya sudah hampir 11 tahun, dan masih bernyawa.
Hanya saja, beberapa tulisannya sudah mulai luntur. Saya masih ingat sekali,
seseorang yang memberikannya pada saya. Seorang gadis cantik, ramah, dan baik
hati yang bernama Kak Desy Marsellina.
Beberapa tahun yang lalu, lebih tepatnya ketika saya masih
berstatus siswa Sekolah Dasar, di lingkungan SD saya ada beberapa rumah para
guru dan staff. Mereka menjajakan
makanan ringan dan minuman untuk anak-anak SD, selain yang tersedia di kantin
sekolah. Dari guru-guru yang tinggal di komplek SD itu, ada seorang guru saya
yang mempunyai cucu yang juga tinggal di rumah beliau. Namanya Ibu Agnes, guru
saya di kelas 5. Ibu nya tegas, tapi ramah sekali. Ibu itu yang memperkenalkan
saya pada cucu beliau yang bernama Desy Marselina. Saat waktu istirahat tiba,
Ka Desy yang biasanya menjaga warung kecil di teras rumah sehabis ia pulang
sekolah. Ketika itu Kak Desy adalah siswa SMA Negeri 4 Samarinda.
Lama-lama, saya dan teman-teman perempuan saya akhirnya
makin dekat dengan Kak Desy karena keramahannya mau bermain dengan kami. Ia
membuat kami merasa nyaman berada di dekatnya dan seolah-olah menjadi kakak
bagi kami. Hingga suatu hari saya dan Ka Desy pun menganggap kami adalah
“saudara angkat”.
Setiap tiba waktu istirahat, Ka Desy sering mengajak saya
dan 2 teman saya, Ijum dan Nurul, untuk menemaninya memasak di dapur. Ia bahkan
memperbolehkan saya “mengobrak-abrik” kamarnya yang bercahayakan lampu yang
tidak terlalu terang. Di dindingnya tertempel beberapa gambar hasil karyanya.
Saya ingat sekali, saat itu ia memaksa saya yang malu-malu untuk makan makanan
yang ia masak. Sampai harus terjatuh-jatuh karena tangan saya di tarik oleh
teman saya. Ah, it was so fun :’)
Saya juga ingat, ketika itu di kelas saya sedang ada
pendataan tinggi dan berat badan. Setelah selesai giliran saya, langsung saja
saya keluar kelas dan menuju ke rumah Ka Desy yang saat itu sedang berada di
dapur. :D
Entah lah, saya merasa sangat nyaman berada di sekitarnya. Namun, tak berapa lama, teman saya, Randi, memanggil saya dari luar dan menjemput saya atas utusan wali kelas yang menyuruh saya kembali ke kelas. Hahaha.
Entah lah, saya merasa sangat nyaman berada di sekitarnya. Namun, tak berapa lama, teman saya, Randi, memanggil saya dari luar dan menjemput saya atas utusan wali kelas yang menyuruh saya kembali ke kelas. Hahaha.
Berhubung ketika itu teknologi belum terlalu menyentuh
kehidupan saya, dan tidak ada kamera, saya dan Kak Desy berencana untuk
mengabadikan foto kami berdua di studio foto di dekat Pasar Pagi. Ya, kami naik
angkot bersama. So sweet ya. hehehe
Hal yang paling tidak bisa saya lupakan adalah ketika tiba
hari istimewa saya. Tanpa sepengetahuan saya, ternyata Kak Desy bersekongkol
dengan teman baik saya, Ijum, untuk ngerjain saya. Saat jam pelajaran telah
usai dan anak-anak berlarian pulang ke rumah, Ijum menarik tangan saya dan
menumpahkan tepung di sekujur badan saya, dan tidak lama…datang Kak Desy di
teras kelas saya dan membawa sebuah bingkisan. Saya terharu, dan tidak lupa
mengucapkan terima kasih. Saya langsung membukanya dan waktu itu, isinya adalah
beberapa gelang, kipas tangan, dan akesoris lainnya. Dan satu lagi, ada sepucuk
surat yang ditulis tangan. Itulah surat yang sampai saat ini masih saya simpan.
Ketika itu, saya tidak begitu faham maksud dari surat itu.
Namun saya bertekad untuk selalu menyimpannya.
Pernah sekali saat lebaran tiba, saya bersepeda ke rumah Kak
Desy, namun sayangnya saat itu Pak Gun memberi
tahu bahwa ia sedang tidak berada di rumah, dan saya pun memutuskan untuk
menunggu. Namun, ibu saya menelepon ke rumah Pak Gun bahwa saya harus segera
pulang karena akan berkunjung ke rumah keluarga. Jadi lah saya tidak bertemu
dengan Ka Desy.
Sayangnya, setelah saya lulus SD, tidak pernah lagi bertemu
dengannya karena komunikasi kami pun terputus. Tidak ada telepon genggam, dan
lingkungan belajar saya sudah berbeda. Pernah saya bertemu dengan Kak Desy di
salah satu masjid saat terawih. Saya melihatnya sendirian, dan saya pun
mengejutkannya. Ka Desy tampak sedikit terkejut atas kemunculan saya. Kami
saling bertanya kabar dan lain hal. Hanya sampai di situ saja sampai akhirnya
saya benar-benar kehilangan kontak dengan kakaknya.
Waktu terus bergulir, dan saat itu saya sudah berada di
negara yang berbeda. Jauh dari comfort zone saya. Saya rutin menulis sebuah
diary, dan saat tepat tanggal 18 Desember, bertepatan dengan ulang tahun Kakak
tercinta itu, saya menulis sebuah cerita tentangnya diiringi dengan air mata
rindu. Entah saya harus menyampaikannya pada siapa, selain Allah. Saya pernah
pula menceritakannya pada teman saya dan ia membantu mencarikan lewat segala
media sosial, namun tidak ada tanda-tanda Desy Marselina yang sesuai kriteria :( Saya pun pernah
berhenti mencari.
Beberapa minggu lalu sebelum saya membongkar kamar, saya
menghubungi Randi, saya menceritakan bahwa saya mencari sosok Kak Desy, namun
ia sendiri tidak tahu bagaimana, karena ia tidak dekat. Saya tau seseorang yang
insyallah bisa menjadi jembatan saya agar dapat terkoneksi lagi dengan Kak
Desy. Namanya, Nurul. Teman saya yang pernah mengojek dengan Pak Gun. Tapi
sayangnya Randi pun tidak punya kontaknya. Pupus lah..
Hingga ketika saya menemukan surat itu lagi, saya bertekad
kali ini saya harus mendapatkan kontak Kak Desy. Saya percaya kekuatan sebuah
doa. Saya percaya pada mustajabnya doa-doa di sepertiga malam dan di tiap sujud
yang panjang. :’) Saya tidak menyerah, hanya saja kali ini saya benar-benar
memohon Allah membantu pencarian saya. Saya juga meminta kemurahan seseorang
yang berada di tanah suci untuk turut mendoakan doa saya..
Ajaibnya, 2 hari berselang setelah itu, teman saya Nurul
meng-invite bbm saya. Saya berfikir bahwa ia mendapatkan pin saya dari Randi,
namun ternyata ia mendapatkannya dari Facebook saya, karena saya mencantumkan
pin BB saya pada postingan Jilbab yang saya jual. :’) MasyaAllah.. benar-benar
Allah menjawab doa saya..
Langsung saja saya menanyakan perihal kontak Pak Gun,
Alhamdulillah Nurul mau membantu. Ia menanyakan pada neneknya yang dulu
bertetangga dengan Pak Gun, dan Nurul pun memberikan nomor Hape Ibu Agnes.
Saya masih setengah gemetar, entah doa siapa yang Allah
jawab saat itu. Yang pasti, saya percaya kekuatan doa. Saya yakin allah pasti
mendengar doa setiap hambaNya.
Sore harinya, saya menelepon sederet nomor yang Nurul
berikan pada saya, dari seberang sana terdengar suara yang ramah..
“Halo, Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam.. ini bu Agnes?”
“Iya, ini siapa ya?” Saya bisa membanyangkan suara di sana
menjawab dengan senyuman,
“Ibu Agnes, ini Icut,Bu. Murid Ibu waktu SD. Masih ingat
Bu?”
“Eh Ya Allah,Icut. Masih, ibu masih ingat. Apa kabar?
Sekarang kuliah dimana?” suara Bu Agnes terdengar semakin sumringah.
Obrolan-obrolan sederhana sebagai perkenalan (lagi) itu
terus berlanjut, dan saya akhirnya mengutarakan maksud saya mencari Kak Desy
“Nah, itu Cut.. Kakakmu itu baru aja tadi malam masuk Rumah
Sakit”
Saya langsung lemas. Mungkin ini maksudnya Allah memberikan
saya kemudahan untuk mencari Kak Desy saat ini, karena ada sesuatu yang terjadi
padanya. Tapi Bu Agnes menjelaskan bahwa Kak Desy daya tahan tubuhnya lemah,
jadi apabila Ia terlalu banyak beraktifitas, ia mudah jatuh sakit. Belum lagi,
riwayat maagh yang ia punya. Begitu kata Bu Agnes. Saya menanyakan RS tempat di
mana Kak Desy dirawat beserta ruangannya. Namun Ibu Agnes sendiri pun belum tau
karena baru dini hari tadi Kak Desy dibawa ke Rumah Sakit Islam. Terbesit dalam
hati untuk menjenguknya di RS, namun saya belum memastikan kapan, sebab
kepadatan kegiatan saya belum memungkinkan untuk menemuinya di RS.
Berita baik yang saya dapat, Kak Desy telah menikah dan
mempunyai seorang putra berusia 3th. Subhanallah :’)
Keesokan harinya, saya tengah berunding dengan beberapa
setumpuk pekerjaan saya di salah satu kantor di Gatot Subroto. Tiba-tiba hape
saya berdering dan muncul sederet angkata tidak bernama. Saya langsung saja
mengangkatnya, dan terdengar dari sana suara Ibu-ibu. Pikir saya, barangkali
orang tua murid yang ingin mendaftarkan anaknya di program AFS.
“Ini Mba Icut ya? Yang tinggal di Mangkupalas?”
“Iya Bu.. ini saya. Ini ibu siapa ya?”
“Ini mba Desi..”
“Devi?” saya salah mendengar.
“Ini Mba Desi de..”
MasyaAllah.. saya langsung terbelalak. :’) Hampir tidak
percaya… Orang yang selama ini saya cari pun akhirnya yang menghubungi saya.
Padahal saya sengaja tidak mencari kontak nya, karena saya ingin memberi
kejutan. Namun justru saya yang terkejut. Ia memberi tau bahwa Ia dikabari oleh
Ibu agnes bahwa saya mencarinya. Ia terdengar sangat senang karena saya masih
mengingatnya.
Entahlah.. saya menceritakan pengalaman saya dalam
mencarinya. Ia tau saya sempat pergi jauh, dan ia senang karena saya menuruskan
harapannya.
Saya percaya bahwa Allah akan mempertemukan kedua sahabat
yang mencintai karenaNya. Saya percaya bahwa pada akhirnya, setiap orang akan
bersama orang yang dicintainya :'( . Meski memang sampai diketiknya catatan virtual ini saya belum bertemu Kak Desy, namun saya bahagia karena setidaknya saya sudah bisa berkomunikasi lagi dengannya. Insyallah dalam waktu dekat kami akan bertemu. Allah benar-benar menjawab doa saya ketika saya telah pada titik pengharapan saya yang terakhir.
Tidaklah saya ingin kembali bersilaturahmi dengan saudara angkat saya itu karena rindu, dan Allah semata. Saya hanya ingin menjadi bagian dari orang-orang yang mencintai saudaranya lebih dari dirinya sendiri.
Dari Anas ra. mengatakan bahwa seseorang berada di sisi Rasulullah saw, lalu salah seorang sahabat melewatinya. Orang yang berada di sisi Rasulullah saw tersebut mengatakan, “Aku mencintai dia, ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah saw bersabda, “Apakah kamu sudah memberitahukan dia?” Orang itu menjawab, “Belum.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Beritahukan kepadanya.” Lalu orang tersebut memberitahukannya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.” Kemudian orang yang dicintai itu menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena-Nya.” (HR. Abu Dawud)
Tidaklah saya ingin kembali bersilaturahmi dengan saudara angkat saya itu karena rindu, dan Allah semata. Saya hanya ingin menjadi bagian dari orang-orang yang mencintai saudaranya lebih dari dirinya sendiri.
Rasulullah saw pernah ditanya oleh seorang sahabat, “Wahai Rasulullah kabarkanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan aku ke surga”. Rasulullah menjawab; “Engkau menyembah Allah, jangan menyekutukan-Nya dengan segala sesuatu, engkau dirikan shalat, tunaikan zakat dan engkau menyambung silaturahmi”. (HR. Bukhari)
masyaAllah,,, terharu bacanya mba
ReplyDeleteSaat ini Ka Desy sudah memenuhi panggilannya menghadap Allah :') Mohon Doa nya yaa agar beliau rahimahullah mndpatkan tempat terbaik di sisi Allah...
DeleteSaat ini Ka Desy sudah memenuhi panggilannya menghadap Allah :') Mohon Doa nya yaa agar beliau rahimahullah mndpatkan tempat terbaik di sisi Allah...
DeleteSuami sdh menikah lagi ngga sampai setahun setelah beliau wafat
ReplyDelete